gambar |
Awal KH Arwani mendirikan pondok thariqah di Desa Kwanaran, Kudus, ada seseorang yang tak suka dengan kiai pakar Al-Qur’an tersebut. Suatu ketika, ketaksukaannya dilampiaskan pada secaris kertas berisi hinaan yang ditempelkan di pondok tempat suluknya para santri.
Saat para santri mengetahui tulisan hinaan tersebut, bergegaslah mereka melaporkan kejadian tersebut kepada Kiai Arwani dengan harapan ia memberi izin agar tulisan itu dicopot dan dirobek.
Para santri itu mendapat jawaban yang tak diharapkan. “Jarke wae tulisane, seng nulis ben seneng disik (biarkanlah dulu tulisan itu, supaya orang yang menulis tulisan tadi merasa senang),”
Tanggapan Kiai Arwani ditirukan Kiai Imron Hasani, Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Tawangharjo kepada NU Online, pada ngaji selapanan di Kompleks Ponpes Al-Hidayah, Grobogan, Jawa Tengah,(27/1).
Dalam taushiyahnya, Kiai Imron mengisahkan sosok Mbah Arwani yang meniru dan meneladani akhlak nabi Muhammad yang begitu lembut.
“Berbuat baik kepada orang yang telah berlaku baik kepada kita, itu wajar. Namun, bila kita bebuat baik dan berlemah lembut kepada orang yang telah berlaku jahat kepada kita, itu baru sebuah kemuliaan akhlak,” terangnya.
“Rasulullah terlalu sering dihina, dicaci maki bahkan dilempari kotoran hewan oleh orang kafir, namun rasulullah tetap bersikap lembut dan tidak mau membalasnya,” imbuhnya.
Para hadirin yang datang pada pengajian itu berasal dari berbagai desa di kecamatan Tawangharjo, diantaranya adalah Ngrukem, Gentan, dan Sirahan. Sebelum taushiyah, para peserta ngaji selapanan diajak terlebih dahulu menggemakan Maulid Ad-diba’i.
(Kontributor : Asnawi Lathif/ Redaktur : Abdullah Alawi)
artikel yang bermanfaat,terimakasih sudah share :)
BalasHapusAlhamdulillah,,, barokallahu fiina
Hapus