Rembang, NU Online
Para penghafal Al-Quran
memiliki kecenderungan berbeda-beda. Mereka yang menghafal Al-Quran
tidak selalu saleh. Mustasyar PBNU KH Maemun Zubair menyebutkan
sedikitnya 2 jenis kecenderungan watak mereka di samping kecenderungan
pertama.
Dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan
harlah ke-47 Pesantren Al-Anwar yang diselenggarakan Himpunan
Mutakharijin Mutakharijat Al-Anwar (HIMMA), tiga kecenderungan penghafal
Al-Qur’an menjadi bahasan ceramah Embah Maemun.
“Pertama,
dzalimun li nafsih ialah penghafal Al-Qur’an namun dzalim (menganiaya)
terhadap diri sendiri dengan tindakan maksiatnya. Kedua, Muqtashid ialah
penghafal Al-qur’an dengan jumlah dan mutu amal ibadahnya sedang-sedang
saja,” terang Embah Mun, Kamis (9/1).
Sedangkan yang ketiga,
sabiqun bil khairat. Mereka ialah penghafal yang sukses mengkaji
Al-Qur’an, mengamalkan, mengajarkan, dan membimbing orang lain untuk
mengamalkan Al-Qur’an, sebut Embah Maemun di hadapan ribuan santrinya.
Kendati
demikian, Allah menyediakan ganjaran surga ‘Adn yang berisi perhiasan
berupa gelang-gelang emas dan mutiara. Mereka akan mengenakan pakaian
sutra.
“Namun melalaikan hafalan qur’an adalah dosa besar” pesan
Embah Maemun kepada para hadirin yang diikuti pembacaan surat Al-Fathir
ayat 32-33.
Menurut Kiai Maemun, banyak sahabat Rasul yang tidak
hafal 30 juz Al-Quran. Tetapi mereka menghafal al-Baqarah disertai
pemahaman maknanya dengan penuh resapan. Sedangkan di zaman sekarang
banyak orang menghafal 30 juz namun sedikit ayat bahkan mungkin tidak
satupun ayat yang dipahami dan diresapi maknanya, pungkas Embah Maemun. (Asnawi Lathif/Alhafiz K)
DOC: Contoh Surat Pernyataan Ahli Waris untuk Klaim BPJS Ketenagakerjaan
5 minggu yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar