Subscribe:

Pages

Rabu, 18 Juli 2012

Minal Mahdi ilal Lahdi KH. M. Marwan Alhafidz

KH. Muhammad Marwan Alhafidz lahir di desa Jragung Demak pada tanggal 7 Juli 1937. Orang tua beliau bernama Bapak Parmo dan Ibu Srinem. Kedua orang tuanya adalah seorang pedagang biasa namun sangat cinta kepada para kyai. Tiap kali ada acara di desanya yang dihadiri oleh seorang kyai pasti keduanya menyambutnya diurutan baris terdepan, kiranya kehendak Allah akan mewujudkan bahwa putra beliau akan menjadi seorang ulama hingga begitu memuliakan dan tawadhu' kepada para kyai. Apa yang diamalkan oleh kedua orang tua Hadlratusy Syekh yang pada akhirnya putra mereka berhasil menjadi seorang ulama besar dan sebagai pendiri Pondok Pesantren Roudlotuth Tholibin.
Seperti yang di ungkapkan dalam kitab Ta'limul Muta'alim.

من اراد ان يكن ابنه عالما فليكرم الغرباء من الفقهاء وان لم يكن ابنه عالما فحا فدوه عالما

“Barangsiapa yang menginginkan anaknya kelak menjadi seorang yang ‘alim maka hendaknya memuliakan para ulama dan apabila anaknya tidak menjadi ‘alim maka cucunya yang akan menjadi seorang ulama”

Pada usia 6 tahun hadlratusy syekh telah ditinggal ayahnya untuk menghadap sang khaliq sehingga pada usia tersebut ibunya sendiri yang mengasuh serta mendidik sang warwan kecil. Dalam usia dini, beliau selalu mendapat perhatian khusus dari ibunya untuk mempelajari ilmu agama dan beliau bercita - cita agar kelak putranya dapat menjadi orang 'alim. Pertama kali beliau belajar kepada Syekh 'Abdullah Sajad, seorang ulama yang berjiwa besar, perjuangannya tidak menetap, dimana beliau singgah di situ beliau mendirikan masjid, seperti di desa Jragung tempat kelahiran hadlratusy syekh.

Pada suatu hari simbah kyai Abdullah sajad mendapat firasat yakni akan munculnya seorang ulama besar di Jragung, sejak kecil Hadlratusy Syekh dijadikan sebagai anak angkatnya, Kyai Abdullah Sajad mendidiknya dengan penuh perhatian layaknya seorang bapak kepada anaknya, setelah dewasa Hadlratusy Syekh menimba ilmu di Salatiga untuk ngaji pada Kyai Ishom bin 'Abdul Jalil Mbanca'an Salatiga, kemudian Hadlratusy Syekh meneruskan belajarnya di Pondok Pesantren Futuhiyyah Suburan Mranggen, di sana berguru pada KH. Mushlih bin 'Abdurrahman, selama di Futuhiyyah Hadlratusy Syekh mendapat gemblengan lahir batin hingga mendapat kepercayaan menjadi guru besar mursyid “Thariqah Qadariyyah Naqsabandiyyah". Selain di PP. Futuhiyyah, beliau pernah nyantri di salah satu Pondok Pesantren di daerah Sarang Rembang, dan juga di Pare Kediri Jawa Timur. Setelah di pandang oleh gurunya (simbah KH. Muslih) syari'ahnya sudah mampu/cukup Hadlratusy Syekh mendapat restu untuk menghafalkan Al-Qur'an, kemudian Hadlratusy Syekh di dawuhi menghafalkan di hadapan KH. Arwani Kudus, yang paling terkesan oleh Hadlratusy Syekh sebelum berangkat ke kudus, Hadlratusy Syeh sowan dulu ke Simbah Kyai Siroth Solo masyhur ke'arifannya. Beliau mendapat dawuh “Seliramu ngapalke Qur’an sepuluh wulan opo sepuluh tahun ( kamu menghafal qur’an sepuluh bulan apa sepuluh tahun). Akhirnya beliaupun berfikir, sepuluh bulan ya berat, sepuluh tahun juga berat, sama-sama berat. Singkat cerita Hadlratusy Syekh mendapat pertolongan dari Alloh s.w.t. yakni dalam kurun waktu sepuluh bulan, beliau bisa menghafal al-qur’an dan di lanjutkan qira'ah sab'ah dua tahun di hadapan Simbah KH. Abdul Wahab Kudus atas restu Simbah KH. Arwani. Dari Kudus inilah, beliau mulai berjuang untuk menegakkan agama Islam

Perjuangan tersebut di awali dengan mendirikan Pondok Pesantren di Jragung Demak, konon beliau berkeinginan mendirikan Pondok Pesantren di Sumatra, namun Simbah KH Arwani tidak merestui sehingga Hadlorotusy Syeh mendirikan Pondok Pesantren di Jragung dengan diberi nama "Roudlothuth Tholibin" dan Alhamdulillah atas restu sang guru, perjuanganpun sampai di Sumatra.

Dari Pondok Pesantren inilah, beliau mulai di kenal masyarakat luas, dari kalangan awam hingga pejabat, semuanya menaruh hormat kepada beliau, karena ilmu dan amalnya yang ikhlas semata - mata karena Allah, beliau juga terkenal karena tawadlu'nya bahkan setiap ngaji belau sering berkata

تواضع تكن كالنجم لحا للنا ظر # على طباقه الماء وهو رفيع

Rendahkan dirimu maka engkau laksana bintang yang bersinar bagi orang yang memandang seperti hamparan air yang selalu diatas walaupun mengalir ke bawah
ولاتك كالدخان يعلو بنفسه # الى طباقه الجو وهو وضيع

Janganlah kamu seperti asap yang membumbung tinggi dengan sendirinya ke angkasa sedangkan asap itu rendah tak punya arti

Dengan tawadlu' seorang berilmu mendapat derajat yang tinggi di sisi Alloh, dan seperti itulah kepribadian Hadlratusy Syekh mendapat sanjungan "Ora ono kyai seng tawadlu' zaman saiki, koyo tawadlu'e simbah kyai Marwan ( Tidak ada kyai yang tawadlu’ pada zaman ini seperti tawadlunya simbah kyai Marwan)" (Dawuh KH. Achmad Muthohar Mranggen).
Semangat perjuangan yang di miliki Hadlratusy Syekh sangat besar, tak pernah surut walau banyak aral yang melintang, banyak sudah buah karya dan pemikiran-pemikiran beliau untuk mengibarkan bendera islam serta ikut andil dalam mencerdaskan bangsa.
Dalam bidang pendidikan formal beliau merintis berdirinya yayasan Miftahul 'Ulum (MI, Madin, Mts) dan sebelum naik haji Hadlratusy Syekh mendirikan SMU, yang kesemuanya di persembahkan untuk masyarakat Jragung Demak khususnya, kaum muslimin pada umumnya.
KH. M. Marwan, AH merupakan 'Ulama yang berjiwa besar, berwawasan nasional dan menjunjung tinggi nilai-nilai peradapan, sudah pasti cita-citanya yang luhur akan selalu menjadi bukti, sekalipun Hadlratusy Syekh telah tiada tapi namanya tetap hidup sapanjang masa.
Beliau wafat pada tanggal 20 Mei 2002 M /6 Rabiul Awal 1423 H. tepat pukul 20.25 WIB. Di RSI Roemani Semarang. Hadlratusy Syekh menderita penyakit sejak dari tanah suci seusai menunaikan ibadah haji.

Tidak ada seorang yang tahu kapan ajal itu tiba, yang ada hanya firasat atau tanda - tanta yang baru dapat di pahami setelah ajal itu tiba. ketika naik haji kali yang ke 4 pada tahun 2002 tidak seperti yang sebelumnya, beliau memberi wasiat kepada para santri, kepada keluarga khususnya kepada anak mantunya yakni KH. A. Asrori Lathif Alhafidz “Semongso-mongso aku ono udzur ingkang nerusake pengajian thoriqoh anakku asrori ( Sewaktu-waktu aku ada udzur, maka nanti yang meneruskan pengajian thariqah anakku Asrori” Ini seakan menjadi tanda bahwa Hadlratusy Syekh akan pergi selamanya.

Sekian lama beliau dirawat di rumah sakit tidak pernah mengeluh sedikitpun, namun beliau tetap tawakal kepada Allah s.w.t. Sampailah di hari kamis pada tanggal 17 Mei 2002 M /2 Rabi'ul Awal 1423 H di mana hari itu hari bersejarah menjelang detik-detik terakhir Hadlratusy Syekh sempat mengkhatamkan Al-Qur'an walau dalam keada'an berbaring. Malam harinya kira - kira pukul 02.00 WIB beliau berwasiat kepada para santri “Kabeh santriku tak jaluk tetep istiqamah ono pondok, nderes lan maju menyang Asrori, maju menyang Asrori podo karo maju menyang aku ( Semua santriku saya minta tetap istiqamah di pondok, mengaji dan maju setoran alqur’an kepada Asrori. Maju setoran alqur’an kepada Asrori sama saja seperti maju setoran di hadapanku). Keada'an beliau sudah sangat kritis sehingga oleh dokter Hadlratusy Syekh ditempatkan di ruang intensif. Di ruang inilah beliau kembali berwasiat kepada santri - santri “Aku jalukke ngapuro kabeh santri, aku wis ora biso mulang ( Aku tolong mintakan maaf kepada semua santri, aku sudah tidak bisa mengajar lagi)” Sabtu pagi tanggal 19 Mei 2002 M./4 R, Awal 1423 H. jam 10.00 WIB.
Pada hari ahad kondisi Hadlorotusy Syeh semakin menurun, tepat ba'da magrib malam senin tanggal 20 Mei 2002 M./5 R. Awal 1423 H. Hadlratusy Syekh berwasiat kepada santri terdekat beliau yang bernama Syarqawi AH. “Syarqawi rene, aku ojo kok tinggal, mengko kiro-kiro jam songo aku arep lungo suwe ( Syarqawi kemarilah, aku jangan kamu tinggalkan, nanti sekitar jam 9 aku akan pergi lama)”. Dan kenyata'an pukul 20.25 WIB beliau pulang kehadirat Allah s.w.t. Dengan membaca:

استغفرالله العظيم الذى لااله الاهوالحى القيوم واتوب اليه

Demikian akhir dari orang yang sholeh yang dekat dengan Allah s.w.t. seakan-akan beliau mengetahui sesuatu yang bakal terjadi.

انا لله وانا اليه راجعون

Pada hari senin 21 Mei 2002 M./6 R. Awal 1423 H desa Jragung bagaikan lautan manusia, mereka datang untuk berta'ziah, memberi hormat terakhir kepada Hadlratusy Syeh KH. M. Marwan,AH. Hari itu juga Jragung cerah tak berawan namun hujan air mata cukup deras membanjiri pondok pesantren Roudlotuth Tholibin.

Hadlratusy Syekh dikebumikan untuk selama-lamanya, namun setiap waktu tak henti - hentinya para santri dan para peziarah membaca Al - Qur'an di pesarehan beliau, dan semoga kita bisa mengambil suri tauladan darinya amin amin amin ya robbal 'alamin.

ان الله يعلى درجاته فى الجنة وينفعنا به وبعلومه ويمدنا باسراره وانواره ويعيد علينا من بركاته ويرزقنا ببركاته ويحفظنا بجاه عندالله فى الدين والدنيا والأخره ... امين



12 komentar:

  1. Semoga di bumi ini terus bermunculan generasi2 Qur'ani sebagaimana hadhratusy-syaikh KH. M. Marwan. amiin

    BalasHapus
  2. swun kang mas atas di muatnya biografi romo yai marwan jragung smoga kita bisa mengikuti kaulan wa fiklan dalam masa masa medatang amin

    BalasHapus
  3. Seorang Syaikh yg tawadhu', mudah2n kami bisa meniru ketawadhu'an dan perjuangan beliau..Amiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiiin.... semoga kita bisa meneladani beiau diantaranya sifat ketawadluan beliau.

      Hapus
  4. SYUKRON KATSIRON kang Asnawie Lathief,,,,,,
    sampon muat blog boigrafne ROMO YAI,,,,,,,

    BalasHapus
  5. sangat ingin meniru beliau,,, semoga keberkahan beliau mengalir pada kita semua. amin

    BalasHapus
  6. smg kita bs meneladani beliau

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

komentar terbaru