Subscribe:

Pages

Sabtu, 21 Juli 2012

3 Tingkatan Puasa


Semangat puasa dihari pertama ini telah menghiasi jiwa kita, namun tak dapat kita pungkiri pasti ada cobaan-cobaan nafsu di hadapan kita. Dengan adanya cobaan-cobaan itulah tentu kualitas puasa seseorang berbeda-beda. Sebab itu, ulama mengklarifikasi 3 tingkatan orang yang berpuasa, yakni sebagai berikut:
1.  Shaum al-‘awam (puasanya orang awam) yaitu mengekang diri dari makan, minun, bersenggama serta hal-hal yang membatalkanya dari segi syari’at (perspektif fiqih).
2. Shaum al-khas (puasanya orang khusus) yaitu puasa yang dikerjakan oleh orang-orang shalih dengan cara mengekang anggota badan dari segala perbuatan dosa. Hal ini bisa tercapai dengan mengaplikasikan 5 perkara secara mudawamah, yaitu:
sumber gambar
a- Menundukkan pandangan mata dari hal-hal yang tercela menurut syariat. 
b-Memelihara lisan dari ghibah (gosip), dusta, adu domba,dan sumpah palsu. Demikian ini, bertendensi pada hadits riwayat Anas r.a.. Nabi s.a.w. bersabda:

خمسة اشياء تحبط الصوم الكذب والغيبة والنميمة واليمين الغموس والنظر بشهوة

    “Ada 5 hal yang dapat membinasakan pahala puasa, yaitu : dusta, ghibah, adu domba, sumpah palsu dan memandang dengan syahwat”.
b- Memelihara telinga dari mendengarkan yang dibenci oleh agama.
c- Memelihara segenap anggota tubuh dari hal-hal yang dibenci oleh agama, dan memelihara perut dari makan yang syubhat ketika berbuka, sebab apa artinya puasa dengan mengekang makanan yang halal disiang hari, lalu berbuka dengan makanan yang syubhat atau bahkan dengan barang yang haram, ibarat orang yang membangun sebuah gedung ditengah kota, lalu kota tersebut dihancurkan sendiri. Dalam hal ini nabi s.a.w. bersabda :

كم من صائم ليس له من صيامه الا االجوع والعطش

      “ Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut terkecuali lapar dan dahaga”
d- Tidak terlalu banyak mengisi perut disaat berbuka sekalipun dari makanan yang halal, sebab Nabi s.a.w. bersabda:

ما من وعاء ابغض الى الله من بطن ملئ من الحلال

“Tiada wadah yang lebih dibenci oleh Allah, dibandingkan orang suka memenuhi perutnya (sekalipun) dari makanan yang halal”

3.  Shaum khawashul khawash (puasanya orang khusus dan istimewa) yaitu memelihara gerak hati dari kepentingan duniawi dan tidak memikirkannya serta mengekang dari hal apapun selain Allah. Pada tingkatan puasa ini, apabila memirkan selain Allah, maka gugurlah puasanya. Inilah tingkatan puasa para Nabi dan shiddiqin. Pada hakikatnya kedudukan ini adalah menghadapkan jiwa raga sepenuhnya kepada Allah, dan berpaling dari selain-Nya.

Setelah mengkaji uraian diatas, tentu kita bisa mengetahui dan mengukur tingkatan kita dalam berpuasa. Semoga puasa tahun ini bisa membawa kita menuju ketaqwaan kepada sang ilahi. Amin ya rabbal ‘alamin...




               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

komentar terbaru