Subscribe:

Pages

Senin, 30 Juli 2012

Berkumur Dan Membasuh Najis Pada Mulut Saat Puasa. Batalkah?

Pada Postingan sebelumnya yang berjudul Telinga Kemasukan Air Saat Puasa, Batal Nggak Ya? disitu ada sahabat blogger saya yakni "Rohis Facebook" yang memberikan komentar berupa link ini. Entah atas tujuan apa, sahabat saya ini memberikan komentar cuma berupa link tersebut, saya pun kurang begitu mengerti. Namun pada intinya, saya sangat senang hati untuk membalas komentar sahabat saya pada postingan tersebut.
langsung pada inti ya…! Karena saya tidak sependapat dengan artikel pada" link" tersebut, hal itu bisa terlihat pada balasan komentar saya pada postingan sebelumnya. Maka, pada episode kali ini (kayak sinetron saja.hehe), saya akan mengupas mengenai hukum tertelan air saat berkumur dan kemasukan air saat membasuh najis pada jauf ( rongga) misalnya pada mulut bagi orang yang berpuasa.
1.  Batalkah puasa seseorang  jika tertelan air saat berkumur?
sumber gambar
Hukum mengenai hal ini diperinci sebagai berikut:

a. Apabila berkumurnya dilakukan dengan mubalaghah (berlebih-lebihan)  maka BATAL puasanya.
     b. Apabila berkumurnya tidak dilakukan dengan mubalaghah (berlebih-lebihan) maka puasanya TIDAK  BATAL.
         
     Bagaimana untuk mengetahui batas mubalaghah dan tidaknya?
    jika rongga (dalam konteks: mulut) telah terpenuhi oleh air maka itulah yang dimaksud dengan mubalaghah (berlebihan-lebihan). Dan jika mulut belum terpenuhi oleh air maka belum dikatakan mubalaghah.
       
         Catatan penting:
  1. Ketentuan hukum diatas adalah berkumur dalam koredor ma’murun bihi (diperintahkan oleh syariat) misalnya: berkumur sebelum berwudlu (sebagai kesunahan wudlu’).
     Berbeda halnya,  apabila berkumurnya itu ghoiru ma’murin bihi (tidak diperintahkan oleh syariat) misalnya berkumur guna penyegar mulut belaka atau berkumur sebagai kesunahan wudlu’ namun dilakukan hingga 4 kali ( karena tidak disyariatkan berkumur  melebihi 3 kali), maka puasanya BATAL sekalipun tidak mubalaghah.

 2. Ketentuan hukum diatas adalah bagi orang yang  ingat bahwa ia sedang berpuasa dan mengetahui hukum tentang tidak disyariatkannya mubalaghah dalam berkumur bagi orang yang puasa. 
    Berbeda halnya, apabila orang  tersebut kategori nisyan (orang yang lupa bahwa ia sedang dalam keadaan berpuasa) dan atau kategori jahl ( tidak mengetahui hukum tentang tidak disyariatkannya mubalaghah dalam berkumur bagi orang yang berpuasa) maka puasanya TIDAK BATAL.

   2. Batalkah puasa seseorang  jika kemasukan air saat membasuh rongga yang najis semisal pada mulut yang terkena najis?
   Hukumnya TIDAK BATAL secara mutlak baik disertai mubalaghah ataupun tidak, sebab membasuh najis sebagaimana kasus diatas adalah wajib.
      
Pembahasan ini bisa diteliti lebih lanjut dalam kitab al-bajuri dan I’anatuth Tholibin. Wallahu A’lam.

        

Selasa, 24 Juli 2012

Telinga Kemasukan Air Saat Puasa. Batal Nggak ya?

Arif : “hai Nabil…”
Nabil : “ hmm…hai”
Arif : “lho puasa  kok kamu lemes gitu….?”
Nabil: “ iya nih,,, puasa kali ini cuacanya panas buangettt… bikin lemes dan kurang semangat. Hmm”
Arif : “ mandi aja biar segar, biar semangat lagi bil”
Nabil : “ emm… betul juga, gimana kalo Q-ta mandi di sungai ?”
Arif : “seru tuh. ayoh… boleh juga “
Mereka pun pergi  berenang , menyelam serta bermain-main air di sungai.
picture
“ bil, gimana? Segarkan kan…!” Tanya arif.
Nabil : “betul Rif, suegarrrr  serasa tumbuh semangat baru nih…..”
Saking Asyiknya, tiba-tiba telinga Nabil kemasukan air.
“ Duuhhhh… telingaku kemasukan air, gimana nih puasaku? Batal apa nggak ya?” kata Nabil sambil memegang telinganya.
Arif : “ tenang aja bil, kan nggak sengaja, jadi puasa kamu nggak batal dah”
Nabil :  ‘o…. gitu ya…”
Arif : “ setahuku sieh gitu….”
Di tepi sungai tak  sengaja ada Hilmy yang mendengar percakapan mereka. Merasa jawaban Arif kurang tepat, ia berkata pada mereka berdua “ ngaji lagi kang… ngaji lagi…”
Lalu mereka pun terdiam setelah mendengar sahutan temannya yang bernama hilmy tadi.


~*~



Kejadian serupa mungkin pernah dialami oleh kita atau mungkin pada saudara kita atau teman kita  yaitu kemasukan air saat mandi padahal dalam keadaan puasa. Yang namanya kemasukan. So, berarti tidak dilakukan secara sengaja, tau-tau masuk begitu saja tanpa permisi ( kayak tamu tak diundang aja…hehe). Kalau sengaja memasukkan air ke dalam jauf (rongga) semisal telinga, itu mah sudah pasti batal. Lalu bagaimana dengan masuknya air saat mandi tanpa disengaja? Batalkah puasanya?.
Hukum mengenai hal ini diperinci sebagai berikut: 
  • Jika mandi yang dilakukan itu Ma’murun bihi (diperintahkan oleh syara’) yakni mandi wajib (jinabat) atau mandi sunnah, maka puasanya TIDAK BATAL dengan syarat mandinya tidak dilakukan dengan menyelam atau selulup, kata orang jawa.
  • Jika mandi yang dilakukan itu Ghoiru ma’murin bihi (tidak diperintahkan oleh syara’) misalnya hanya sekedar membersihkan badan (tandzif) atau sebagai penyegar tubuh (tabarrud), maka puasanya BATAL sekalipun mandinya tidak dilakukan dengan cara menyelam.

Dari ilustrasi kisah diatas, Bisa diambil kesimpulan bahwa puasanya Nabil adalah Batal sebab ia mandi hanya sekedar untuk penyegar tubuh (tabarrud). Walaupun Puasa Nabil telah batal, ia tetap dibebani untuk imsak (menahan hingga waktu berbuka), tidak boleh seenaknya makan minum apalagi dilakukannya dengan terang-terangan. Wallahu A’lam.



Sabtu, 21 Juli 2012

3 Tingkatan Puasa


Semangat puasa dihari pertama ini telah menghiasi jiwa kita, namun tak dapat kita pungkiri pasti ada cobaan-cobaan nafsu di hadapan kita. Dengan adanya cobaan-cobaan itulah tentu kualitas puasa seseorang berbeda-beda. Sebab itu, ulama mengklarifikasi 3 tingkatan orang yang berpuasa, yakni sebagai berikut:
1.  Shaum al-‘awam (puasanya orang awam) yaitu mengekang diri dari makan, minun, bersenggama serta hal-hal yang membatalkanya dari segi syari’at (perspektif fiqih).
2. Shaum al-khas (puasanya orang khusus) yaitu puasa yang dikerjakan oleh orang-orang shalih dengan cara mengekang anggota badan dari segala perbuatan dosa. Hal ini bisa tercapai dengan mengaplikasikan 5 perkara secara mudawamah, yaitu:
sumber gambar
a- Menundukkan pandangan mata dari hal-hal yang tercela menurut syariat. 
b-Memelihara lisan dari ghibah (gosip), dusta, adu domba,dan sumpah palsu. Demikian ini, bertendensi pada hadits riwayat Anas r.a.. Nabi s.a.w. bersabda:

خمسة اشياء تحبط الصوم الكذب والغيبة والنميمة واليمين الغموس والنظر بشهوة

    “Ada 5 hal yang dapat membinasakan pahala puasa, yaitu : dusta, ghibah, adu domba, sumpah palsu dan memandang dengan syahwat”.
b- Memelihara telinga dari mendengarkan yang dibenci oleh agama.
c- Memelihara segenap anggota tubuh dari hal-hal yang dibenci oleh agama, dan memelihara perut dari makan yang syubhat ketika berbuka, sebab apa artinya puasa dengan mengekang makanan yang halal disiang hari, lalu berbuka dengan makanan yang syubhat atau bahkan dengan barang yang haram, ibarat orang yang membangun sebuah gedung ditengah kota, lalu kota tersebut dihancurkan sendiri. Dalam hal ini nabi s.a.w. bersabda :

كم من صائم ليس له من صيامه الا االجوع والعطش

      “ Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut terkecuali lapar dan dahaga”
d- Tidak terlalu banyak mengisi perut disaat berbuka sekalipun dari makanan yang halal, sebab Nabi s.a.w. bersabda:

ما من وعاء ابغض الى الله من بطن ملئ من الحلال

“Tiada wadah yang lebih dibenci oleh Allah, dibandingkan orang suka memenuhi perutnya (sekalipun) dari makanan yang halal”

3.  Shaum khawashul khawash (puasanya orang khusus dan istimewa) yaitu memelihara gerak hati dari kepentingan duniawi dan tidak memikirkannya serta mengekang dari hal apapun selain Allah. Pada tingkatan puasa ini, apabila memirkan selain Allah, maka gugurlah puasanya. Inilah tingkatan puasa para Nabi dan shiddiqin. Pada hakikatnya kedudukan ini adalah menghadapkan jiwa raga sepenuhnya kepada Allah, dan berpaling dari selain-Nya.

Setelah mengkaji uraian diatas, tentu kita bisa mengetahui dan mengukur tingkatan kita dalam berpuasa. Semoga puasa tahun ini bisa membawa kita menuju ketaqwaan kepada sang ilahi. Amin ya rabbal ‘alamin...




               


Jumat, 20 Juli 2012

Sampaikanlah Kami Kepada Bulan Ramadhan

Ramadhan di depan mata, tapi kalau Allah berkehendak lain tak ada yang mampu menolak takdir sang maha kuasa. Subuh pagi tadi berkumandang adzan di masjid dekat saya tinggal. Setelah itu, ada suara pengumuman yang mengisyaratkan pengumuman orang yang meninggal dunia. “inna lillahi wa inna ilahi raji’un 3x, telah meninggal dunia bapak… pada jam…" (agak samar-samar suaranya. Entah mikrofonnya yang kurang bagus atau pendengaran saya yang agak bermasalah.hehehe). Usai shalat subuh, ibuku bertanya kepadaku "tadi, kayaknya ada tersiar pengumuman orang meninggal, siapa yang meninggal le?". Aku jawab saja "iya bu' tapi aku kurang faham siapa yang meninggal itu". Setelah mentari terlihat terang, ibuku keluar rumah dan bertanya-tanya kepada tetangga “tadi subuh, siapa yang diumumkan meninggal dunia?”. Salah seorang tetangga menjawab “ mas harno bu…”. Sontak ibuku kaget karena  nama yang disebutkan itu, usianya jauh dibawah ibuku. “inna lillahi wa inna ilahi raji’un, Ya Allah... padahal besok tinggal memasuki Ramadhan tapi ajal sudah menjemput” ucap ibuku dengan kejiwaan yang masih kaget.



~*~


Dari kejadian kali ini, saya termenung bahwa memang kematian bisa menjemput siapa saja tidak pandang bulu ( jangan menginterpretasikan bulu-bulu yang lain ya…hehe). Ajal bisa menjemput siapa saja, entah itu anak kecil, masih muda dan unyu-unyu seperti saya (narsis.haha) ataupun orang yang lanjut usia. Kalau memang sudah “titi wancine” kata orang jawa, maka ajal tak dapat tertolak. Allah s.w.t. berfirman dalam surat al-a'raf : 36

ولكل أمة اجل فاذا جاء اجلهم لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون

“Tiap-tiap umat mempunyai batas ajal. Maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurnya barang sesaat pun dan tidak dapat pula memajukannya”
Kematian memang sebuah misteri, tak ayal jika rasulullah s.a.w., memanjatkan do'a dalam sebuah hadits yang tak asing ditelinga kita
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان

"Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dab Sya'ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan" (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Semoga kita benar-benar sampai pada bulan ramadhan yang tinggal hitungan jam ini. Bulan yang dimana sebagai momentum bengkel jiwa guna memperbaiki mutu ketaqwaan dan ketunduaan kepada sang khaliq.


Kamis, 19 Juli 2012

Doa Menyambut Bulan Ramadhan

Ramadhan segera tiba, persiapkan niat ikhlas dengan penuh kegembiraan menyambut kedatangannya. Untuk menyambut Bulan Ramdhan ini ada sebuah do’a dari Sulthon Al Aulia’ Sayyidina Syaikh ‘Abdul Qodir Al Jilani RA yang biasa dibaca oleh Hadhrotus Syaikh Ahmad Asrori Al Ishaqy RA. Inilah do’a tersebut:
 
السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَالصِّيَامِ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَالقِيَامِ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَ الْإِيْمَانِ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَالْقُرْأَنِ االسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَالأَنْوَارِالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَ الْمَغْفِرَةِ وَالْغُفْرَانِ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَالدَّرَجَاتِ والنَّجَاةِ مِنَ الدَّرَكَاتِ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَ التَّا ئِبِيْنَ الْعَابِدِيْنَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَ العَارِفِيْنَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَالمُجْتَهِدِيْنَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا شَهْرَالْأَمَانِ كُنْتِ لِلْعَاصِيْنَ حَبْسًا وَلِلْمُتَّقِيْنَ اُنْسًا السَّلَامُ عَلَى الْقَنَادِيْلِ وَالْمَصَابِيْحِ الزَّاهِرَةِ وَالْعُيُوْنِ السَّاهِرَةِ وَالدَّمُوْعِ الْهَاطِلَةِ وَالْمَحَارِيْبِ الْمُتَعَطرَةِ وَالْعَبَرَاتِ الْمُنْسَكِبَةِ الْمُتَفَطرَةِ وَالْأَنْفَاسِ الصَّاعِدَةِ مِنَ الْقُلُوْبِ الْمُحْتَقِرَةِ. اللهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ قَبِلْتَ صِيَامَهُمْ وَصَلَاتَهُمْ وَبَدَلْتَ سَيِّئَاتِهِ بِحَسَنَاتِهِ وَاَدْخَلْتَهُ بِرَحْمَتِكَ فِيْ جَنَّاتِكَ وَرَفَعْتَ دَرَجَاتِهِ بِرَحْمّتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
link gambar
.“Salam bagimu wahai bulan Romadhon. Salam bagimu wahai bulan qiyam (bulan untuk mendirikan sholat tarawih). Salam bagimu wahai bulan iman. Salam bagimu wahai bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an. Salam bagimu wahai bulan yang penuh cahaya. Salam bagimu wahai bulan yang penuh ampunan. Salam bagimu wahai bulan (untuk menaikkan) derajat dan keselamatan dari derajat yang rendah. Salam bagimu wahai bulan bagi orang-orang yang bertaubat dan ahli ibadah. Salam bagimu wahai bulan milik orang-orang yang ma’rifat. Salam bagimu wahai bulan milik orang-orang yang bersungguh-sungguh. Salam bagimu wahai bulan yang aman. Engkau adalah penjara bagi orang-orang yang melakukan maksiat dan kesenangan bagi orang-orang yang bertakwa. Salam bagi pelita yang bersinar, mata-mata yang terjaga, airmata yang terus menetes, mihrab-mihrab yang semerbak mewangi, airmata yang tumpah, dan nafas-nafas yang naik dari hati yang hina. Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang Engkau terima puasa dan sholatnya, yang Engkau ganti kejelekannya dengan kebaikan, yang Engkau masukkan ke dalam surga-Mu dengan rahmat-Mu, dan yang Engkau angkat derajatnya dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Asih.”
*Doa ini biasa dibaca hadhrotus Syaikh pada malam tanggal 1 Romadhon ba’da maghrib, dengan model talqin (Beliau membaca beberapa kalimat, lalu ditirukan oleh jamaah)
Dinukil dari Al Ghunyah li Tholibi Thoriq Al Haq karya Sulthon Al Aulia’ Sayyidina Syaikh ‘Abdul Qodir Al Jilani RA.
  

Rabu, 18 Juli 2012

Minal Mahdi ilal Lahdi KH. M. Marwan Alhafidz

KH. Muhammad Marwan Alhafidz lahir di desa Jragung Demak pada tanggal 7 Juli 1937. Orang tua beliau bernama Bapak Parmo dan Ibu Srinem. Kedua orang tuanya adalah seorang pedagang biasa namun sangat cinta kepada para kyai. Tiap kali ada acara di desanya yang dihadiri oleh seorang kyai pasti keduanya menyambutnya diurutan baris terdepan, kiranya kehendak Allah akan mewujudkan bahwa putra beliau akan menjadi seorang ulama hingga begitu memuliakan dan tawadhu' kepada para kyai. Apa yang diamalkan oleh kedua orang tua Hadlratusy Syekh yang pada akhirnya putra mereka berhasil menjadi seorang ulama besar dan sebagai pendiri Pondok Pesantren Roudlotuth Tholibin.
Seperti yang di ungkapkan dalam kitab Ta'limul Muta'alim.

من اراد ان يكن ابنه عالما فليكرم الغرباء من الفقهاء وان لم يكن ابنه عالما فحا فدوه عالما

“Barangsiapa yang menginginkan anaknya kelak menjadi seorang yang ‘alim maka hendaknya memuliakan para ulama dan apabila anaknya tidak menjadi ‘alim maka cucunya yang akan menjadi seorang ulama”

Pada usia 6 tahun hadlratusy syekh telah ditinggal ayahnya untuk menghadap sang khaliq sehingga pada usia tersebut ibunya sendiri yang mengasuh serta mendidik sang warwan kecil. Dalam usia dini, beliau selalu mendapat perhatian khusus dari ibunya untuk mempelajari ilmu agama dan beliau bercita - cita agar kelak putranya dapat menjadi orang 'alim. Pertama kali beliau belajar kepada Syekh 'Abdullah Sajad, seorang ulama yang berjiwa besar, perjuangannya tidak menetap, dimana beliau singgah di situ beliau mendirikan masjid, seperti di desa Jragung tempat kelahiran hadlratusy syekh.

Pada suatu hari simbah kyai Abdullah sajad mendapat firasat yakni akan munculnya seorang ulama besar di Jragung, sejak kecil Hadlratusy Syekh dijadikan sebagai anak angkatnya, Kyai Abdullah Sajad mendidiknya dengan penuh perhatian layaknya seorang bapak kepada anaknya, setelah dewasa Hadlratusy Syekh menimba ilmu di Salatiga untuk ngaji pada Kyai Ishom bin 'Abdul Jalil Mbanca'an Salatiga, kemudian Hadlratusy Syekh meneruskan belajarnya di Pondok Pesantren Futuhiyyah Suburan Mranggen, di sana berguru pada KH. Mushlih bin 'Abdurrahman, selama di Futuhiyyah Hadlratusy Syekh mendapat gemblengan lahir batin hingga mendapat kepercayaan menjadi guru besar mursyid “Thariqah Qadariyyah Naqsabandiyyah". Selain di PP. Futuhiyyah, beliau pernah nyantri di salah satu Pondok Pesantren di daerah Sarang Rembang, dan juga di Pare Kediri Jawa Timur. Setelah di pandang oleh gurunya (simbah KH. Muslih) syari'ahnya sudah mampu/cukup Hadlratusy Syekh mendapat restu untuk menghafalkan Al-Qur'an, kemudian Hadlratusy Syekh di dawuhi menghafalkan di hadapan KH. Arwani Kudus, yang paling terkesan oleh Hadlratusy Syekh sebelum berangkat ke kudus, Hadlratusy Syeh sowan dulu ke Simbah Kyai Siroth Solo masyhur ke'arifannya. Beliau mendapat dawuh “Seliramu ngapalke Qur’an sepuluh wulan opo sepuluh tahun ( kamu menghafal qur’an sepuluh bulan apa sepuluh tahun). Akhirnya beliaupun berfikir, sepuluh bulan ya berat, sepuluh tahun juga berat, sama-sama berat. Singkat cerita Hadlratusy Syekh mendapat pertolongan dari Alloh s.w.t. yakni dalam kurun waktu sepuluh bulan, beliau bisa menghafal al-qur’an dan di lanjutkan qira'ah sab'ah dua tahun di hadapan Simbah KH. Abdul Wahab Kudus atas restu Simbah KH. Arwani. Dari Kudus inilah, beliau mulai berjuang untuk menegakkan agama Islam

Perjuangan tersebut di awali dengan mendirikan Pondok Pesantren di Jragung Demak, konon beliau berkeinginan mendirikan Pondok Pesantren di Sumatra, namun Simbah KH Arwani tidak merestui sehingga Hadlorotusy Syeh mendirikan Pondok Pesantren di Jragung dengan diberi nama "Roudlothuth Tholibin" dan Alhamdulillah atas restu sang guru, perjuanganpun sampai di Sumatra.

Dari Pondok Pesantren inilah, beliau mulai di kenal masyarakat luas, dari kalangan awam hingga pejabat, semuanya menaruh hormat kepada beliau, karena ilmu dan amalnya yang ikhlas semata - mata karena Allah, beliau juga terkenal karena tawadlu'nya bahkan setiap ngaji belau sering berkata

تواضع تكن كالنجم لحا للنا ظر # على طباقه الماء وهو رفيع

Rendahkan dirimu maka engkau laksana bintang yang bersinar bagi orang yang memandang seperti hamparan air yang selalu diatas walaupun mengalir ke bawah
ولاتك كالدخان يعلو بنفسه # الى طباقه الجو وهو وضيع

Janganlah kamu seperti asap yang membumbung tinggi dengan sendirinya ke angkasa sedangkan asap itu rendah tak punya arti

Dengan tawadlu' seorang berilmu mendapat derajat yang tinggi di sisi Alloh, dan seperti itulah kepribadian Hadlratusy Syekh mendapat sanjungan "Ora ono kyai seng tawadlu' zaman saiki, koyo tawadlu'e simbah kyai Marwan ( Tidak ada kyai yang tawadlu’ pada zaman ini seperti tawadlunya simbah kyai Marwan)" (Dawuh KH. Achmad Muthohar Mranggen).
Semangat perjuangan yang di miliki Hadlratusy Syekh sangat besar, tak pernah surut walau banyak aral yang melintang, banyak sudah buah karya dan pemikiran-pemikiran beliau untuk mengibarkan bendera islam serta ikut andil dalam mencerdaskan bangsa.
Dalam bidang pendidikan formal beliau merintis berdirinya yayasan Miftahul 'Ulum (MI, Madin, Mts) dan sebelum naik haji Hadlratusy Syekh mendirikan SMU, yang kesemuanya di persembahkan untuk masyarakat Jragung Demak khususnya, kaum muslimin pada umumnya.
KH. M. Marwan, AH merupakan 'Ulama yang berjiwa besar, berwawasan nasional dan menjunjung tinggi nilai-nilai peradapan, sudah pasti cita-citanya yang luhur akan selalu menjadi bukti, sekalipun Hadlratusy Syekh telah tiada tapi namanya tetap hidup sapanjang masa.
Beliau wafat pada tanggal 20 Mei 2002 M /6 Rabiul Awal 1423 H. tepat pukul 20.25 WIB. Di RSI Roemani Semarang. Hadlratusy Syekh menderita penyakit sejak dari tanah suci seusai menunaikan ibadah haji.

Tidak ada seorang yang tahu kapan ajal itu tiba, yang ada hanya firasat atau tanda - tanta yang baru dapat di pahami setelah ajal itu tiba. ketika naik haji kali yang ke 4 pada tahun 2002 tidak seperti yang sebelumnya, beliau memberi wasiat kepada para santri, kepada keluarga khususnya kepada anak mantunya yakni KH. A. Asrori Lathif Alhafidz “Semongso-mongso aku ono udzur ingkang nerusake pengajian thoriqoh anakku asrori ( Sewaktu-waktu aku ada udzur, maka nanti yang meneruskan pengajian thariqah anakku Asrori” Ini seakan menjadi tanda bahwa Hadlratusy Syekh akan pergi selamanya.

Sekian lama beliau dirawat di rumah sakit tidak pernah mengeluh sedikitpun, namun beliau tetap tawakal kepada Allah s.w.t. Sampailah di hari kamis pada tanggal 17 Mei 2002 M /2 Rabi'ul Awal 1423 H di mana hari itu hari bersejarah menjelang detik-detik terakhir Hadlratusy Syekh sempat mengkhatamkan Al-Qur'an walau dalam keada'an berbaring. Malam harinya kira - kira pukul 02.00 WIB beliau berwasiat kepada para santri “Kabeh santriku tak jaluk tetep istiqamah ono pondok, nderes lan maju menyang Asrori, maju menyang Asrori podo karo maju menyang aku ( Semua santriku saya minta tetap istiqamah di pondok, mengaji dan maju setoran alqur’an kepada Asrori. Maju setoran alqur’an kepada Asrori sama saja seperti maju setoran di hadapanku). Keada'an beliau sudah sangat kritis sehingga oleh dokter Hadlratusy Syekh ditempatkan di ruang intensif. Di ruang inilah beliau kembali berwasiat kepada santri - santri “Aku jalukke ngapuro kabeh santri, aku wis ora biso mulang ( Aku tolong mintakan maaf kepada semua santri, aku sudah tidak bisa mengajar lagi)” Sabtu pagi tanggal 19 Mei 2002 M./4 R, Awal 1423 H. jam 10.00 WIB.
Pada hari ahad kondisi Hadlorotusy Syeh semakin menurun, tepat ba'da magrib malam senin tanggal 20 Mei 2002 M./5 R. Awal 1423 H. Hadlratusy Syekh berwasiat kepada santri terdekat beliau yang bernama Syarqawi AH. “Syarqawi rene, aku ojo kok tinggal, mengko kiro-kiro jam songo aku arep lungo suwe ( Syarqawi kemarilah, aku jangan kamu tinggalkan, nanti sekitar jam 9 aku akan pergi lama)”. Dan kenyata'an pukul 20.25 WIB beliau pulang kehadirat Allah s.w.t. Dengan membaca:

استغفرالله العظيم الذى لااله الاهوالحى القيوم واتوب اليه

Demikian akhir dari orang yang sholeh yang dekat dengan Allah s.w.t. seakan-akan beliau mengetahui sesuatu yang bakal terjadi.

انا لله وانا اليه راجعون

Pada hari senin 21 Mei 2002 M./6 R. Awal 1423 H desa Jragung bagaikan lautan manusia, mereka datang untuk berta'ziah, memberi hormat terakhir kepada Hadlratusy Syeh KH. M. Marwan,AH. Hari itu juga Jragung cerah tak berawan namun hujan air mata cukup deras membanjiri pondok pesantren Roudlotuth Tholibin.

Hadlratusy Syekh dikebumikan untuk selama-lamanya, namun setiap waktu tak henti - hentinya para santri dan para peziarah membaca Al - Qur'an di pesarehan beliau, dan semoga kita bisa mengambil suri tauladan darinya amin amin amin ya robbal 'alamin.

ان الله يعلى درجاته فى الجنة وينفعنا به وبعلومه ويمدنا باسراره وانواره ويعيد علينا من بركاته ويرزقنا ببركاته ويحفظنا بجاه عندالله فى الدين والدنيا والأخره ... امين



Selasa, 17 Juli 2012

Hutang Puasa Orang Yang Meninggal Dunia Menurut Madzhab Syafi'i

Setelah saya membaca postingan seorang saudara muslim kita yang berjudul Cara Melunasi Hutang Puasa Orang Yang Sudah Meninggal Dunia Bag. 1 dan Meninggal Dunia Masih Memiliki Hutang Puasa Ramadhan. Tergeraklah jari-jari tangan saya untuk membuat coretan-coretan sederhana ini dengan kedangkalan ilmu yang saya miliki.

persoalan orang yang meninggal dunia tetapi masih memiliki hutang puasa, harus diklarifikasi terlebih dahulu, pasalnya orang yang meninggal dunia dan masih memiliki hutang puasa itu ada beberapa kemungkinan yang terjadi.
Pertama, orang tersebut meninggalkan puasa karena ada udzur syar’i dan tidak adanya kesempatan untuk menqadha’ puasanya misalnya sakit yang diderita tak kunjung sembuh kemudian ia meninggal tanpa ada waktu kesempatan untuk mengqadha’ puasanya. Jika terjadi kasus yang semacam ini maka ahli waris atau keluarganya tidak berkewajiban mengqadha’ puasanya ataupun membayar fidyah.
Kedua, orang tersebut meninggalkan puasa karena ada udzur syar’i dan ada kesempatan untuk mengqadha’ puasa namun kesempatan tersebut tidak dipergunakan untuk mengqadha’ puasanya hingga ajal menjemput.
Ketiga, orang tersebut meninggalkan puasa tanpa ada udzur syar’i (baik ada kesempatan menqadha’ ataupun tidak).
Jika kasus yang terjadi sebagaimana poin kedua dan ketiga maka ahli waris atau keluarga diperbolehkan memilih antara mengqadha’ puasa atau membayar fidyah, dengan uraian ketentuan hukum sebagai berikut: 
  • Jika si mayit tersebut meninggalkan tirkah (harta peninggalan), maka ahli waris WAJIB mengqadha’puasa atau membayar fidyah (boleh memilih salah satu) 
  • Jika si mayit tersebut tidak meninggalkan tirkah (harta peninggalan), maka ahli waris TIDAK WAJIB mengqadha’puasa atau membayar fidyah, namun DISUNNAHKAN memilih salah satu.
 Ketentuan option tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah s.a.w.
     a. membayar fidyah
 عَنِ ابْنِ عَمْرٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلّىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامُ شَهْرٍ فَلْيُطْعَمْ عَنْهُ مَكَانَ كُلِّ يَوْم مِسْكِيْنٌ. رواه ابن ماجه
  
   Dari Ibnu Amr berkata, Rasulullah s.a.w.,bersabda: “barangsiapa meninggal dunia dan dia mempunyai tanggungan (hutang) puasa, maka hendaklah setiap hari (ahli warisnya) memberi makan kepada fakir miskin” (HR. Ibnu Majah)
    b.  mengqadha’ puasa
عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ قَالَ جاَءَتْ امْرَأَةٌ اِلَى النَّبِيِّ صَلّىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَقَالَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمٌ أَفَأّصُوْمُ عَنْهَا ؟ قَالَ نَعَمْ .رواه ابن ماجه
   Dari Ibnu Buraidah, ia berkata: Seorang perempuan mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu bertanya : ”Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, sedangkan ia punya hutang puasa. Apakah boleh saya berpuasa baginya? Rasulullah menjawab “ iya boleh”. (HR. Ibnu Majah)

Hadits yang sama dari saudara muslim yang memposting tulisan Cara Melunasi Hutang Puasa Orang Yang Sudah Meninggal Dunia Bag. 1 dan Meninggal Dunia Masih Memiliki Hutang Puasa Ramadhan akan saya paparkan sesuai pemahaman saya. Rasulullah bersabda:
مَنْ مَاتَ وّعَلَيْهِ صِيَامٌ  صَامَ عَنْهُ وَلِيُّ
  “Barangsiapa yang meninggal dunia dan ia masih memiliki tanggungan (hutang) puasa, maka (diperbolehkan) bagi wali untuk mengqadha’ puasanya”. (HR. Bukhari & Muslim)
    
Jadi, hadits ini bukan menunjukkan atas WAJIBNYA bagi wali untuk mengqadha’ puasa. Akan tetapi hadits ini menunjukkan DIPERBOLEHKANNYA bagi wali untuk mengqadha’ puasa orang yang meninggal dunia. Diantara penjelasan hadits ini tercantum dalam kitab I’anatuth Thalibin juz 2. Walhasil, coretan yang saya paparkan mulai dari awal adalah menurut madzhab syafii.

Silahkan bagi sahabat blogger bila ada kekurangan, saya perkenankan untuk melengkapi ataupun meluruskan coretan saya ini. Terima kasih.

Senin, 09 Juli 2012

Malaikat Jibril Terobsesi menjadi Manusia

Ketaatan dan ibadah bagi malaikat adalah sifat asli mereka (jibillah) sebagaimana Allah mensifati mereka pada surat At-Tahrim ayat 6.
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Dibalik ketaatannya tersebut, Malaikat jibril menyimpan sejuta harapan dan keinginan supaya dia menjadi manusia. Benarkah demikian? Alasan apa yang melatar belakangi obsesi Malaikat Jibril tersebut?
Di dalam kitab Washiyatul Mushtafa, Rasulullah saw. memberikan nasehat yang berharga kepada menantunya yakni Ali bin Abi Thalib r.a.
يَا عَلِىُّ! تَمَنَّى جِبْرِيْلُ اَنْ يَكُوْنَ مِنْ بَنِى اَدَمَ لِسَبْعِ خِصَالٍ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ مَعَ الْاِمَامِ وَ مُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ وَعِيَادَةِ المَرِيْضِ وَتَشْيِيْعِ الجَنَازَةِ وَسَقْىِ الْماءِ وَالصُّلْحِ بَيْنَ الْاِثْنَيْنِ وَاِكْرَامِ الْجَارِ وَالْيَتِيْمِ
Wahai Ali! Malaikat Jibril memiliki obsesi untuk menjadi Manusia disebabkan 7 hal:
1. Shalat 5 waktu dengan berjamaah
2. Duduk bersama ulama
3. Menjenguk orang sakit
4. Mengiring jenazah
5. Memberi minum kepada orang lain
6. Mendamaikan dua orang
7. Memuliakan tetangga dan anak yatim 
Dari uraian tersebut, mungkin tertanam sebuah pertanyaan: Kok bisa-bisanya Malaikat Jibril memiliki keinginan tersebut? Bukankah malaikat itu makhluk yang tidak memiliki nafsu?
hmm.... Lafadz تمنى pada redaksi wasiat tersebut, bukanlah bentuk nafsu atau syahwat dari Malaikat Jibril, Akan tetapi itu hanyalah bentuk motivasi supaya anak turun Nabi Adam lebih mensyukuri keberadaanya, bahwasanya kedudukan anak adam itu bisa jauh melebihi malaikat jikalau mereka benar-benar mengamalkan apa yg disyariatkan.
 Wallahu a’lam



Minggu, 01 Juli 2012

Refleksi Getir Menyambut "Indonesia Raya"



Oleh: Asnawi Lathif *(Koran Merapi) Selasa, 14 Agustus 2007

17 Agustus tahun ini, bangsa genap berusia 62 tahun. Selam itu pula kita selalu menggelar rutinitas dan “ritualitas” tahunan, dari upacara bendera hingga syukuran kemerdekaan. Para penghuninya, dari pemimpin hingga rakyat jelata, bahkan sampai para narapidana sangat menantikan kedatangan hari yang menjadi momentum "grasi" peringanan derita nestapanya. Dengan wajah berseri-seri dan riang gembira anak-anak negeri disibukkan dan dihibur oleh pesta permainan rakyat.

Tema-tema kemerdekaan terus berganti tahun ke tahun dan jumlahnya sebanding dengan usia kemerdekaan itu sendiri. Dengan paduan kata-kata syarat dengan nilai patriotisme dan nasionalisme yang disinari riligius, terangkailah tema bak syair pujangga. Tema-tema yang ditujukan untuk menggugah harapan dan optimisme menatap "Indonesia Raya"

Entah apa yang telah terjadi di negeri yang kaya raya ini. Kekayaan alam tidak punya korelasi dengan kesejahteraan penghuninya. Inilah negeri yang aneh tapi nyata. Dimana-mana anak negeri hanya menjadi kuli di negeri sendiri, menjadi hamba sahaya di negera tetangga.

Negeri yang dikenal damai permai seakan hanya menjadi dongeng untuk anak cucu nanti, tatkala disana sini timbul pertikaian demi pertikaian, kerusuhan dan tawuran yang menghiasi wajah negeri. Entah apa yang merasuki anak bangsa ini. Sepertinya tidak ada ikatan saudara diantara sesama, hujat-menghujat, caci-maki, sikut-menyikut, bahkan saling membunuh menjadi hal yang terbiasa. Persaingan kepentingan seringkali melahirkan persengketaan. Rasa kebersamaan sebagai warga negara lambat laun mengalami erosi. Sudah sedemikian terpurukkah nasionalisme sebagai rasa emosional bangsa ini?

Sekian tahun lamanya bangsa ini mengembara entah kemana, telah jauh menerawangi hidup mencari jati diri diatas kepribadian yang sesungguhnya. Jalan-jalan kebenaran yang dulu pernah tertanam kuat dalam diri, sekarang hanya berwujud carikan-carikan kecil yang sulit untuk difahami dan dimengerti secara utuh. Sehingga kebenaran dan keadilan ditafsirkan berbeda-beda sesuai dengan selera manusia yang menghendakinya.

Negeri yang terkenal santun dan religius, sangat menjunjung nilai-nilai ketimuran, sarat dengan keagungan adat-istiadat, memiliki tingkat toleransi yang tinggi; namun beberapa tahun terakhir kita seakan telah jauh meninggalkan nilai-nilai yang telah menjadi bagian dari jati diri bangsa yang telah mengakar. Eksperimen dari kebebasan yang dilakoni seakan telah kebablasan sehingga kita terjerumus dalam keterpurukan yang sempurna. Euforia kebebasan yang tidak dibekali dasar mental yang kuat malah membawa bangsa ke sumur tampa dasar yang gelap dengan setumpuk persoalan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Energi bangsa terlalu banyak dihabiskan untuk mengurusi pertikaian-pertikaian politik yang terjadi di tingkat elit sampai tingkat akar rumput. Saling menyalahkan dan memvonis orang lain tidak benar dan dirinya yang paling benar.

Sementara nasionalisme anak bangsa saat ini berada pada tingkat memprihatinkan. Sesama saudara saling sikut dan tendang, saling salah menyalahkan, saling bermusuhan bahkan tega untuk saling membunuh. Negeri ini sangat malu menyaksikan anak bangsa saling cakar-cakaran merebutkan kekuasaan. Namun setelah kekuasaan didapat bukan dijadikan jalan untuk membela rakyat lemah, akan tetapi kekuasaan dijadikan sebagai jalan untuk memperkaya diri dan kelompok.

Perbedaan latar belakang, apapun namanya selalu menjadi dasar pemicu perpecahan. Kita belum menyadari indahnya perbedaan seperti indahnya pelangi. Beragam etnis, suku budaya adalah anugerah Allah bagi "Indonesia Raya".

Bangsa ini sudah terlalu lelah berada dengan setumpuk persoalan yang menjadi momok; berputar-putar dalam lorong yang gelap. Jangankan berpikir bagaimana keluar dengan selamat, untuk melihat diri sendiri saja sungguh sulit, napas serasa sesak dan udara terasa panas. Begitulah gambaran jika sudah berada dalam kegelapan. Seperti kita berada di ruangan yang gelap gulita, apa yang bisa kita lakukan? Dan apakah egoisme mampu menyulap lorong yang gelap menjadi terang benderang?

Kita sama-sama adalah satu saudara, maka lepaskan segala perbedaan diantara seraya jangan pernah lupa meneguhkan persatuan untuk mengembalikan bangsa kepada kejayaan semula. Kita tidak bisa lagi saling caci, saling umpat, saling sanggah, karena semuanya harus jujur mengaku bersalah. Sebuah kesalahan kolektif, kesalahan secara bersama-sama sambil mencoba menghidupkan moral pendidikan bangsa yang mengalami kehancuran secara sempurna. Musuh bersama kita adalah kemiskinan dan kebodohan. Sedangkan saingan kita adalah bangsa-bangsa lain yang selalu mendikte dan mengatur negeri ini sehingga menjadi tidak berdaya.

Besok, bangsa kita kembali merayakan kemerdekaan. Segala aktivitas yang berhubungan dengan perayaan kemerdekaan harus dijadikan pemicu semangat, sebagaimana semangat pejuang dulu sampai tetes darah penghabisan. Sekarang dengan semangat yang ada, meskipun napas terhengah-engah, coba kita kumpulkan carikan-carikan 'nasionalisme' yang tercecer. Dengan demikian barangkali bangunan "Indonesia Raya" yang seutuhnya dapat terselamatkan dari keusangan dan keruntuhannya.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-62! Semoga tetap jaya dan rakyatnya semakin sejahtera.

*) Aliansi Muda Cinta Tanah Air: Gang Pesantren N0. 113 Al-Hidayah Kompleks Makam Ki Ageng Selo Tawangharjo Grobogan 58191
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

komentar terbaru